18 October 2023

 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4
Budaya Positif
Oleh Ulya Mufidah, S.Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
SMP Negeri 3 Gringsing

A.    Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah

Saya menyadari bahwa guru yang baik harus memiliki kemampuan mewujudkan budaya positif di sekolah. Saya memahami bahwa budaya positif adalah lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, nyaman, dan mendukung murid untuk berkembang. Budaya positif dapat diciptakan dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas atau sekolah, dan segitiga restitusi.

 DISIPLIN POSITIF

Merupakan upaya penerapan disiplin kepada murid tanpa adanya ancaman atau hukuman. Pada posisi ini harusnya murid mempunyai tingkat kesadaran tinggi dalam melakukan suatu budaya positif berdasarkan motivasi internal, bukan akibat paksaan, pujian atau hukuman.

Disiplin positif lebih kearah disiplin diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan.

MOTIVASI PERILAKU MANUSIA

Motivasi eksternal antara lain:

  • 1.     Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
  • 2.     Untuk mendapatkan imbalan, penghargaan dan apresiasi dari orang lain
  • 3.     Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai yang mereka percaya.

Motivasi tersebut merupakan motivasi eksternal yang dipengaruhi oleh faktor dari luar, sedangkan sebagai guru saya harus mampu memunculkan motivasi internal dari dalam diri murid agar menjadi orang yang mereka impikan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya, untuk memunculkan motivasi internal ini maka hindari hukuman dan pemberian penghargaan berlebihan untuk meminimalkan motivasi eksternal dalam diri murid.

POSISI KONTROL SEORANG GURU

Terdapat 5 posisi kontrol seorang guru yaitu sebagai penghukum, sebagai teman, sebagai pembuat merasa bersalah, sebagai pemantau dan sebagai manajer. Diantara kelima posisi control seorang guru tersebut yang paling diharapkan adalah posisi manajer dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Disamping itu posisi manajer dapat membantu murid bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan menjadi manajer bagi dirinya sendiri.

KEYAKINAN KELAS

  • Guru membuat kesepakatan dengan murid untuk membentuk keyakinan kelas
  • Keyakinan kelas berupa pernyataan universal, mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas 
SEGITIGA RESTITUSI DALAM PENYELESAIAN MASALAH

Guru yang berperan sebagai manajer menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah melalui 3 tahapan yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Tindakan ini bertujuan untuk menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab.

B.KETERKAITAN ANTAR MATERI MODUL 1.1, MODUL 1.2, MODUL 1.3 DAN MODUL 

  • Dengan menjalankan budaya positif di sekolah maka akan mempermudah dalam tercapainya tujuan pendidikan nasional sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid dan bersifat menuntun tumbuh/hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada murid
  • Budaya positif dapat terwujud jika seorang guru memiliki 5 nilai guru penggerak diantaranya berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif.
  • Budaya positif dapat terwujud dengan mendorong kolaborasi antara semua warga sekolah yang harus disepakati dan dijalankan bersama.
  • Salah satu perubahan yang diinginkan sesuai dengan visi guru penggerak adalah Terwujudnya pelajar yang berprestasi, berkarakter, cakap teknologi dan berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan visi guru penggerak tersebut dengan pembuatan prakarsa perubahan sesuai filosofi KHD dan profil pelajar pancasila
C. REFLEKSI PERTANYAAN PEMAHAMAN ATAS KESELURUHAN MATERI MODUL BUDAYA POSITIF

  1. Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep inti yang telah anda pelajari pada modul ini? Saya sudah memahami konsep-konsep inti dalam modul budaya positif berkaitan dengan disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi control guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Hal yang menarik bagi saya adalah pada saat mempelajari posisi control guru, diluar dugaan saya ternyata apa yang saya lakukan selama ini ternyata salah dan harus mulai berusaha menjadi posisi manajer.
  2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir anda dalam menciptkan budaya positif di kelas maupun sekolah anda setelah mempelajari modul ini? Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul ini adalah saya menyadari posisi control yang biasa saya lakukan adalah sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah, seharusnya yang saya lakukan adalah sebagai manajer dengan menggunakan segitiga restitusi dalam setiap penyelesaian masalah yang terjadi pada murid.
  3. Pengalaman seperti apakah yang pernah anda alami terkait dengan penerapan konsep-konsep ini dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah anda? Saya menangani murid yang mengantuk bahkan tertidur ketika pelajaran saya. Saya menggunakan langkah-langkah dalam segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
  4. Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal-hal tersebut? Perasaan saya sangat termotivasi untuk terus memperbaiki diri sesuai dengan nilai-nilai budaya positif di sekolah.
  5. Menurut anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki? Hal sudah baik menurut saya adalah sudah munculnya motivasi internal pada murid untuk melaksanakan budaya positif sesuai nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Sedangkan yang perlu diperbaiki adalah posisi guru harus sebagai manajer.
  6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi control, posisi manakah yang paling sering anda pakai dan bagaimana perasaan anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang anda pakai dan bagaimana perasaan anda sekarang? Apa perbedaanya? Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol saya sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah. Perasaan saya saat itu selalu diliputi penyesalan setelah menghukum dan membuat mereka menangis jika murid berbuat kesalahan. Setelah mempelajari modul ini saya menerapkan posisi control sebagai manager dan perasaan saya lebih tenang. Perbedaanya adalah cara menumbuhkan motivasi murid untuk melakukan disiplin positif yang sebelumnya motivasi yang muncul adalah ekstrinsik sedangkan setelah melakukan restitusi motivasi yang muncul adalah motivasi intrinsik.
  7.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya? Pernah, namun saya hanya menggunakan beberapa tahap seperti menstabilkan identitas dengan menggunakan kalimat “setiap orang pernah berbuat salah” hal ini saya lakukan agar murid jujur menjawab apa yang sebenarnya dilakukannya. Saya juga melakukan tahap menanyakan keyakinan meski belum sempurna sepetri  “apa yang harus kamu lakukan untuk menebus kesalahanmu?”
  8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah? Hal lain yang penting dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif adalah dengan melakukan kolaborasi tidak hanya dengan warga sekolah tapi juga dengan wali murid, agar pelaksanaan budaya positif tertanam dalam diri sendiri sampai kapanpun, tidak hanya ketika di lingkungan sekolah saja.



No comments:

Post a Comment

  RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI – MODUL 3.1 Perbedaan Dilema Etika dengan Bujukan Moral Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi ...