Accelerated Learning
- Sebuah Gerakan Pembelajaran -
Accelerated Learning atau “Pembelajaran yang Dipercepat” adalah cara belajar alamiah, akarnya tertanam sejak zaman kuno, dan telah dilakukan oleh setiap anak yang dilahirkan. Accelererated Learning lahir kembali sebagai gerakan pembelajaran yang mendobrak cara belajar di dalam pendidikan dan pelatihan kebudayaan Barat pada pertengahan abad ke 20.Accelerated Learning mempunyai prinsip-prinsip dasar pembelajaran sebagai berikut:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai “otak kiri” , dan verbal) tetapi melibatkan seluruh tubuh, pikiran,dengan segala emosi , indera, dan sarafnya.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.
Penetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi jika seorang pembelajar memadukan pengetahuan/ketram-pilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar adalah menciptakan makna baru. Hal ini sejalan dengan pandangan konstruktivisme yang akan diuraikan lebih lanjut.
3. Kerjasama membantu proses belajar.
Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan social. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan. Persaingan di antara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerjasama di antara mereka mempercepatnya.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
Belajar bukan hanya untuk menterap satu hal kecil pada satu waktu secara linier, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan fisik), memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indera, jalan padan system otak dan tubuh seseorang.
5. Belajar barasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah dengan konteksnyaakan sulit diingat dan mudah lupa. Kita belajar berenang dengan berenang, cara membuat sesuatu dengan membuatnya, cara menyanyi dengan bernyanyi. Pengalaman nyata dan konkrit dapat menjadi guru yang jauh lebih baik dari pada sesuatu yang hipotesis dan abstrak.
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
Perasaan menentukan kualitas dan kuantitas belajar seseorang. Perasaan negative menghalangi belajar, perasaan positif mempercepatnya. Belajar penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.
7. Otak-Citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra dari pada prosesor kata. Gambar konkrit jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan dari pada abstraksi verbal.
Secara singkat prinsip-prinsip diatas dapat disederhanakan dalam perubahan bentuk tekanan pembelajaran sebagai berikut:
Belajar dengan otak kiri .……..menjadi……Belajar dengan seluruh otak dan tubuh
Belajar sekedar menerima informasi …menjadi…Belajar memproses informasi
Baca Selengkapnya >>
Belajar Sendiri …menjadi…Belajar bekerjasama dengan orang lain
Proses linier ...menjadi…Proses holografis
Konsep abstrak…menjadi…Pengalaman kongkret
Belajar dengan membaca …menjadi…Belajar dengan berbuat dan Belajar dalam konteks
Belajar dengan terpaksa …menjadi…Belajar dengan menyenangkan dan menarik hati
Banyak menggunakan kata-kata …menjadi…Menggunakan gambar
Beberapa prinsip dasar diatas sesuai dengan pandangan konsruktivisme. Menurut konstruktivisme, keberhasilan belajar selain tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tapi juga bergantung pada pengetahuan awal siswa (prior knowledge). Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa tentang apa yang sedang mereka lakukan, lihat dan dengar. Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas proses belajar mereka sendiri.
Implikasi dari pandangan konstruktivisme ini di sekolah adalah bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Pengetahuan itu harus secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini, penelitian pendidikan mengungkapkan bahwa proses belajar merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga peran guru sekarang berubah dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1) berkaitan dengan pengetahuan awal atau prakonsepsi (prior knowledge) siswa; (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience); (3) melibatkan interaksi sosial (social interaction); (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).
Accelerated Learning menggunakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan sebutan pendekatan “SAVI”, yaitu:
1. S = Somatis; Belajar dengan bergerak dan berbuat.
Somatis berasal dari kata “soma” yang berarti “tubuh”. Jadi somatic berarti belajar dengan seluruh panca indera, kinestetis,praktis yang melibatkan fisik dan menggunakannya sewaktu belajar.
2. A = Auditori; Belajar dengan mendengarkan ban berbicara.
Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting otak kita menjadi aktif.
3. V = Visual; Belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
Ketajaman visual sangant kuat dalam setiap orang. Di dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indera yang lain.
4. I = Intelektual; Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Intelektual disini bukanlah pendekatan belajar tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalistis, “akademis”, dan terkotak-kotak. Belajar intelektual berarti menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai, serta memecahkan masalah.
Penulis Suparno, sumber: Meieir, Dave.2000. The Accelerated Learning Hand Book. Bandung: Kaifa
No comments:
Post a Comment